News KeSimpulan.com - Para peneliti menemukan cara baru mengubah sel dewasa menjadi embryonic stem (ES) cells menggunakan telur atau oocyte manusia.
Setelah lebih dari satu dekade usaha gagal karena sel-sel induk yang dihasilkan tidak normal dengan membawa kedua genom baik dari sel dewasa dan oosit sehingga memiliki 3 salinan setiap kromosom, bukan dua seperti biasa.
Tapi dalam eksperimen awal, tampaknya, pluripotent stem cells lain membuat kejutan bagi ilmuwan. Teknik baru dapat membantu ilmuwan lebih memahami reprogram selular proses pluripotency ke sebuah sel dewasa.
"Ucapan selamat kepada para peneliti," kata Ian Wilmut, biolog dari University of Edinburgh di Inggris, yang mengkloning domba Dolly pada 1996 menggunakan teknik yang sama disebut nuclear transfer.
Dunia sains masih ingat kecurangan tim Woo Suk Hwang di Korea Selatan dalam kloning human embryonic stem cells (hESCs). Sel mengandung set ekstra kromosom sehingga tidak akan pernah bisa digunakan untuk menumbuhkan jaringan.
Sekarang Dieter Egli dan Scott Noggle dari New York Stem Cell Foundation Laboratory di New York City dan rekannya menyatukan sel-sel kulit dengan telur manusia tanpa fertilisasi.
Ketika kromosom dihapus dari telur sendiri, seperti yang biasa dalam eksperimen kloning, semua embrio yang dihasilkan berhenti berkembang pada tahap 6 sampai 12 sel.
Namun, ketika kromosom telur yang tersisa di tempat, seperlima embrio dikembangkan lebih lanjut untuk membentuk bola sel disebut blastocyst. Dua dari 13 embrio ini diisolasi tim menjadi hESCs. Salah satu line sel kloning datang dari seorang pria dengan diabetes tipe 1 dan lainnya dari orang sehat.
Analisis lanjut mengidentifikasi faktor terkait kromosom telur yang memungkinkan embrio berkembang ke tahap blastokista, kata George Daley, biolog sel induk di Children's Hospital Boston.
Setelah faktor-faktor diketahui harus menghasilkan kloning hESCs tanpa membawa set ekstra kromosom. Kandidat faktor termasuk berbagai protein yang sudah dikenal bertindak sebagai "pos pemeriksaan" pembelahan sel.
"Saya tidak berpikir ini merupakan kendala biologis yang tidak dapat diatasi. Kita perlu mencari tahu mekanisme ini dan melengkapinya," kata Daley.
Egli juga mengganti sel-sel lain untuk sel-sel kulit yang digunakan dalam eksperimen awal untuk melihat apakah beberapa akan menghasilkan embrio blastokista bahkan ketika menyatu dengan telur tanpa kromosom.
"Ini bisa sederhana seperti mencoba jenis sel lain," kata Egli.
Para peneliti terus mengejar jawaban mengingat kelemahan induced pluripotent stem cells (iPSCs) yang diciptakan dari sel dewasa dengan metode pemrograman genetik dan mulai melihat alternatif kloning hESCs.
Kelemahan iPSCs yaitu tidak lengkap saat diprogram kembali, mempertahankan warisan, dan sistem kekebalan tubuh menandai sebagai benda asing bahkan ketika ditransplantasikan ke hewan identik genetik.
"Telur manusia memang memiliki keajaiban," kata Robert Lanza dari Advanced Cell Technology di Santa Monica, California.
"Tidak seperti pada beberapa spesies lain, ini sangat penting bagi embrio untuk terus membelah. Itulah masalahnya dan itulah sebabnya kloning manusia belum terjadi sampai saat ini," kata Lanza.
Miodrag Stojkovic, biolog sel induk dari University of Kragujevac di Serbia mengatakan kloning sel induk embrionik membutuhkan set kromosom normal sebelum dibandingkan dengan sel iPSCs.
"Sel-sel ini abnormal dan oleh karena itu pentunjuk sangat terbatas untuk memahami perkembangan manusia awal," kata Stojkovic.
Namun laporan ini memotivasi pencarian metode reprogram yang 'lebih alami' menggunakan kloning. Tim Egli mencoba beberapa pendekatan berbeda untuk menghapus DNA telur dan menciptakan embrio yang layak, termasuk penggunaan jenis sel lain dan metode meningkatkan efisiensi derivasi sel iPSCs, kata Stojkovic.
- Scott Noggle (The New York Stem Cell Foundation Laboratory, New York, New York, USA) et.al. Human oocytes reprogram somatic cells to a pluripotent state. Nature 478, 70-75 (06 October 2011), DOI:10.1038/nature10397
Ian Wilmut http://www.cardiocore.ed.ac.uk/about/IanWilmutProfile.html
Dieter Egli http://nyscf.org/about-us/nyscf-team/item/183-dieter-egli-phd-senior-research-fellow
George Daley http://www.hsci.harvard.edu/node/700
Robert Lanza http://www.robertlanza.com/
Miodrag Stojkovic http://www.kg.ac.rs/
Gambar : Scott Noggle et.al., Nature, DOI:10.1038/nature10397